Isnin, 9 November 2009

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri



“Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar
disegerakan (datang)nya”
(QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi. Adakah anda mahu mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat disentuh, belum berupa, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan dengan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari
esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?

Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak selayaknya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Boleh jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan boleh jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya dengan baik.

Dalam syariat islam, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Ini kerana, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara pertimbangan, tindakan itu pun tidak masuk akal, kerana sama halnya dengan berusaha berperang melawan bayang-bayang. Namun ironinya, kebanyakan manusia di dunia ini malah ramai yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabak penyakit dan krisis ekonomi yang khabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah syaitan".

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan kurnia”
(QS. Al-Baqarah: 268)

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sedar bahawa usia hidupnya berada di genggaman yang lebih berkuasa tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu bila akan mati, tentu salah besar bila dia masih terus menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berupa.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan khabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan malapetakanya. Sebab, hari ini merupakan hari yang anda sudah sangat sibuk. Jika anda hairan, maka lebih menghairankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...